The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur & Mahasiswa Jurnalistik Edisi 3
ISBN: 978-602-50071-2-5
Pengarang: Zaenuddin H. M
Ukuran: 17 x 24 cm
Tebal: 234 hal
Tahun: 2017
Harga: Rp. 120.700
HOAX (BERITA PALSU) & MASALAHNYA
SEJAK beberapa
tahun belakangan ini, dunia informasi/jurnalistik di banyak negara termasuk
Indonesia dikacaukan oleh maraknya Hoax. Hoax bermunculan begitu deras dan
beredar di mana-mana khususnya lewat media jejaring sosial seperti Facebook,
Twitter, Instagram, WatsApp, BBM, SMS, dan sejenisnya. Hoax memang berupa informasi. Bahkan
bentuknya sangat mirip dengan berita yang tersiar lewat media-media mainstream
seperti koran, televisi, majalah, tabloid, dan radio. Sayangnya, lantaran Hoax
cenderung lebih heboh dan memikat pembaca atau pendengarnya, banyak orang
begitu gampang tertarik dan percaya dengan Hoax. Celakanya, Hoax juga begitu
gampang memprovokasi pembaca atau pendengarnya. Maka, tidak jarang Hoax menjadi
bahan polemik pertengkaran dan keributan di masyarakat.
Padahal, kalau
saja masyarakat mau lebih teliti dan selektif menerima informasi, tidaklah
mudah menjadi korban Hoax. Tingkat kebenaran informasi Hoax sangatlah
meragukan. Seolah ada kejadian atau peristiwa, padahal tidak ada. Seolah ada
pernyataan atau omongan seseorang yang dianggap penting, padahal cuma isapan
jempol. Alhasil, Hoax hanyalah berita palsu, yang tak ada dalam kenyataan.
Dengan kata lain, Hoax adalah berita tidak benar, fiktif alias bohong belaka.
Contohnya:
Sekali waktu, mantan Presiden BJ Habibie dikabarkan meninggal dunia. Beritanya
pun secepat kilat langsung jadi viral di media sosial. Padahal yang
bersangkutan sedang duduk santai di perpustakaan rumahnya. Penyanyi Iwan Fals
pun dikabarkan tewas akibat kecelakaan lalulintas. Para penggemarnya pun
langsung sedih dan bertanya-tanya. Padahal Iwan tengah asyik bercengkrama
dengan keluarga di rumahnya.
Contoh Hoax
lainnya: Pada awal 2017 tersiar kabar bahwa ada jutaan pekerja asal China masuk
atau datang ke Indonesia. Kabar ini tentu saja merisaukan masyarakat, karena
dapat menjadi pesaing bagi para pekerja di Indonesia. Pekerja dalam negeri
terancam nganggur. Padahal, sesuai penegasan Presiden Jokowi, hanya ada sekitar
21.000 pekerja asal China. Bukan jutaan, sebagaimana kabar Hoax.
Komentar
Posting Komentar